Kamis, 24 Juni 2010

Guru Perbatasan

Guru adalah profesi yang memiliki peranan penting dalam kemajuan anak bangsa. Maka kemudian muncul istilah guru tanpa tanda jasa. Hanya saja ungkapan itu semstinya tidak menjadi dasar bahwa guru boleh dan dimaklumi untuk hidup menderita dan terpinggirkan dari pegawai pemerintah lainnya.
Pada masa sekarang, guru dituntut untuk memanfaatkan sumber daya alam dan teknologi lebih optimal. Namun bagaimana jika hal tersebut tidak mudah terwujud jika fasilitas pribadi tidak didapatkan oleh guru di perbatasan atau bahkan guru-guru di wilayah perkotaan? Tentu hal ini juga akan mempengaruhi fasilitas pendidikan yang sudah disiapkan oleh pemerintah ataupun oleh guru itu sendiri.

Kecamatan Sajingan Besar merupakan satu contoh sebuah daerah eksotis yang memiliki sejumlah gedung sekolah. Sejumlah sekolah dasar, 2 bagunan Sekolah Menengah Pertama, dan 1 Sekolah Menengah Kejuruan terdapat di kecamatan ini. Secara fisik, gedung SMPN 1 maupun SMPN 2 dapat dikatakan cukup memadai. Bahkan SMP 2 Sajingan Besar memiliki struktur bangunan fisik lebih baik dari beberapa bangunan sekolah di kabupaten lain di Kalimantan Barat. Fasilitas yang sudah ada selain ruang kelas dan ruang-ruang lainnya yang sudah cukup memadai, sekolah ini juga sudah dilengkapi dengan lampu yang terpasang di setiap sudut ruang. sekolah ini juga memiliki fasilitas asrama siswa Putra dan Putri untuk siswa yang memiiki tempat tinggal jauh dari sekolah.

Kami para guru yang ditempatkan di SMP Negeri 2 Sajingan Besar juga telah mempersiapkan perangkat mengajar dan materi mengajar. Apalagi sekarang pendidikan sudah mulai menggunakan e-learning.
Kecamatan Sajingan Besar juga memiliki sumber air yang melimpah. Demikian pula wacana mengenai pembangunan jalan raya yang akan selesai tak beraspa lama lagi. kucuran dana yang lumayan cukup baik dari pemerintah Indonesia maupun Kerajaan Melaysia membuat Sajingan Besar tampaknya akan jadi kecamatan besar dan maju.
Sayangnya, fasilitas yang ada tersebut tidak dapat kami nikmati. Listrik dan air yang melimpah tak dapat kami nikmati di sekolah ini. Mulai dari Desa Sawah hingga Desa SUngai Bening, masyarakat masih harus hidup gelap gulita tanpa listrik. beberapa warga memanfaatkan listrik tenaga surya yang apa adanya atau menggunakan mesin penggerak listrik lain yang hanya cukup digunakan beberapa jam saja untuk menghidupkan lampu 20 watt.
Maka tak kurang parahnya yang kami alami, bahkan sumber air melimpah tak dapat kami nikmati dengan mudah. Sumber air yang jaraknya cukup jauh dan harus melewati dataran tinggi membuat kehidupan kami para guru dan siswa-siswa di sekolah tidak mudah. Beberapa kali kami, para guru terpaksa mengambil air dari sungai (aliran air dari mata air gunung) untuk mandi dan minum. Bahkan terpaksa mengambil air sedikit demi sedikit dari genangan air di halaman sekolah.

Keadaan semakin mengkhawatirkan karena sekolah mungkin akan dijadikan tumbal bagi permasalahan antara pemborong dengan pemilik tanah. Bayangkan saja, jika sekolah yang berdiri tegak di tengah gunung tersebut harus disegel hanya karena utang yang tak kunjung lunas dibayar ke pemilik hibah!

Guru tanpa tanda jasa. Sebutan itu terdengar masih klise. Sebutan itu bukan sebutan yang menjadi dasar bahwa guru boleh hidup menderita. Bukankah pemerintah menjanjikan kesejahteraan bagi para pendidik. Bagaimana mungkin teknologi harus dimanfaatkan agar pendidikan menjadi lebih baik?
Tidak ada alasan sebenarnya bagi kami untuk mengeluh. Namun tidak ada alasan pula bagi kami untuk diam saja dan menerima apa adanya. Harapan demi pendidikan juga harus diimbangi dengan pemerataan fasilitas pendidikan dan pribadi siswa maupun guru.
Kami mungkin hanya sebatas bekerja semampu yang kami bisa dengan sumber melimpah tapi media yang kurang memadai. Kami juga mungkin hanya mencoba untuk terus berharap dan meminta dengan cara sederhana yang kami sendiri pun tidak paham. Kami mungkin hanya terus berdoa agar Tuhan tetap terus menjaga dan memelihara semangat dan keikhlasan kami, para guru perbatasan, hingga pada batas yang tak bisa lagi kami jangkau.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda