Alkisah Mata Bulan _Dian_ _Pecinta Wisnuagung_
Suatu malam di sebuah negeri
Bulannya lepas dari kendali
Hingga temaramnya tidak tepat jatuh di muka para penjejak
Maka bertanya pulalah kami
di hulu dan pangkal negeri
sambil memungut serpah-serpah cahaya bulan di semak
di sela pelepah nipah
Dahulu bulan masih bersama kami
Dahulu bulan masih cemerlang
di tengah-tengah bumi…
Konon bulan minta pada Tuhan
Mengapa aku cantik tapi tak diberikan pandang untukku
menyepak nuansa bumi dengan bias cahayaku
Lalu itu pulalah, muncul mata bulan
Ia saksikan hamparan dengan bayang biru pucatnya.
Jika awan disanding, maka bayangnya bertambah temaram suam.
Lalu terpandang pula derita di sudut mata dan di luas wajah sang pecinta di tengadah tengah malam
Ia penuh rindu …
Ia penuh ragu …
Ia penuh sendu …
Maka rindunya pun runtuh
Jadi itu terasa pula oleh bulan derita serupa
Matanya tak cuma memandang berkas cahaya cantiknya membias di permukaan bumi
Namun matanya juga menampak sakit tak berupa dari para pecinta dengan mukanya yang tengadah
Bulan minta dibutakan mata
Tapi Tuhan sedang marah
Karena bulan melepas anugerah.
Bulan berkata … jika aku salah meminta, jangan Kau beri setiap doa karena kami tak tahu doa yang dijabah itu nyatanya tak sejalur asa.
Jadi suatu malam di sebuah negeri
Bulannya lepas dari kendali
Hingga temaramnya tidak tepat jatuh di sangkar bumi.
Maka bertanya pulalah kami … di selasar malam yang diapit oleh bintang
Katanya bulan sedang lepas dari Tuhan
Label: Puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda